Ir. ediana wayan M.Si
Dibalik aroma yang khas dan menggugah selera, bila dipotong berwarna putih, kuning atau jingga, bagian luarnya berwarna kuning, dan bila sudah tua berubah warna menjadi agak coklat keabuan dialah si Rimpang JAHE. Disamping mempunyai aroma khas, jahe juga mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia. Tak heran bila sejak lama dikenal ada wedang (minuman) jahe, permen jahe, atau bandrek (minuman yang mengandung jahe) serta banyak digunakan sebagai bumbu untuk berbagai jenis masakan atau kue.
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe yang tergolong dalam spesies Zingiber Officinale, berasal dari Asia Pasifik pengguna jahe terbesar adalah orang India sampai Cina. Karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe sebagai bahan minuman, bumbu masak, dan obat-obatan tradisional.

Tanaman jahe juga telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Batang tanaman jahe tumbuh tegak lurus, terdiri dari seludang-seludang daun dan pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Batang ini biasanya basah dan banyak mengandung air, sehingga tergolong tanaman herba.

Jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Ketiga jenis itu adalah jahe putih/kuning besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih kecil biasanya disebut jahe sunti, jahe besar biasanya disebut jahe gajah atau jahe badak.

Jahe gajah/badak memiliki rimpang yang besar dan gemuk. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat muda maupun tua, baik jahe segar maupun olahan. Sedang jenis jahe putih kecil dan jahe merah selalu di panen tua. Kandungan minyak Atsiri dari kedua jenis jahe ini lebih tinggi dari jahe putih besar, maka dari itu rasanya lebih pedas. Selain itu jahe kecil dan jahe merah ini seratnya lebih tinggi. Kedua jenis jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau diekstrak Oleoresin dan minyak Atsirinya.


Apa saja Kandungan dan Kegunaan Jahe?
Jahe mengandung komponen minyak menguap atau volatile oil, minyak tak menguap atau non volatile oil, dan pati. Minyak menguap biasanya disebut minyak Astiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedang minyak tak menguap disebut Oleoresin yang memberikan rasa pedas dan pahit. Dewasa ini banyak petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.

Dalam perdagangan jahe telah dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olehan jahe seperti: minyak Astiri dan Koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai obat batuk, mengatasi influensa, demam, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan memperbaiki pencernaan (seperti sakit perut).

Khusus untuk minyak Astiri digunakan sebagai bahan baku minuman ringan atau ginger ale, industri farmasi seperti parfum dan kosmetik yang memancarkan kesan “suasana timur” serta sebagai bahan penyedap atau flavouring agents.

Bagaimana Teknis Budidaya Jahe?
1. Persayatan Tumbuh
Jahe tumbuh baik pada tanah gembur, subur dan mendapat sinar matahari yang banyak. Dapat ditanam pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal sebaiknya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m di atas permukaan laut. Jahe membutuhkan curah hujan tahunan 1.500 - 3.000 mm dengan suhu udara berkisar 25-37ÂșC dengan kelembaban sedang, pH tanah yang dikehendaki berkisar antara 5-7. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan seperti: Indonesia, Australia, Sri Langka, Cina, India, Jamaika dan lain-lain.

2. Pembibitan
a. Persyaratan bibit. Bibit yang berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (prosentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik (bebas hama dan penyakit). Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain bahan bibit diambil langsung dari kebun, bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (8-10 bulan), dan dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka. Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan kedalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.



b. Teknik penyemaian bibit. Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak/seragam, bibit jangan langsung ditanam tetapi sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan peti kayu atau bedengan.

o Penyemaian dengan peti kayu dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) rimpang jahe yang baru di panen di jemur (tidak sampai kering);
2) disimpan 1-1.5 bulan;
3) patahkan rimpang jahe tersebut dengan tangan dimana setiap potongan
memiliki 2-3 mata tunas;
4) dijemur antara 0.5-1 hari;
5) potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang;
6) celupkan kedalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan;
7) masukan kedalam peti kayu yang pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, diatasnya diberi abu gosok/sekam padi, demikian seterusnya. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit tersebut sudah dapat disemai.

o Penyemaian pada bedengan dengan media jerami atau sekam dengan ketebalan 5cm dalam 4 lapis dengan ketinggian 20-25 cm. Kelembabannya terjaga dengan disemprot air 1-2 kali/minggu (jangan disiram); Rimpang yang digunakan harus sehat, sudah dijemur ulang sekitar 0.5-1 hari dan memiliki 2-3 mata tunas, Celupkan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit sebelum dilakukan penyemaian di media semai, Penyemaian benih dilakukan selama 2-4 minggu, perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setah 2 minggu biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar terbawa bibit bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu di patah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.


3. Pengolahan Media Tanam
a. Pengolahan lahan. Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih 25-30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu, tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah tahap pertama dirasakan belum gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang tahap kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 0.5 kg/lubang.

b. Pembuatan bedeng. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 10-30 cm, lebar 90-120 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Bedengan rapi pada tanah miring, dibuat guludan dengan jarak tanam sekitar 30x60 cm dan pada tanah datar dibuat bedengan.
c. Pengapuran. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Apabila:
o Derajat kesamaan < 4 (paling asam); kebutuhan dolomit > 10 ton/ha
o Derajat keasaman 5 (asam); kebutuhan dolomit 5.5. ton/ha
o Derajat keasaman 6 (agak asam); kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha

4. Teknik Penanaman
a. Penentuan pola tanam. Pembudidayaan dapatt dilakukan secara monokultur dan tumpang sari. Penanaman jahe secara tumpang sari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :1) mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga; 2) menekan biaya tenaga kerja, seperti tenaga kerja pemeliharaan tanaman; 3) meningkatkan produktivitas lahan; 4) memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

Kenyataan di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacanga lainnya.

b. Pembuatan lubang tanah. Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3 - 7.5 cm untuk menanam bibit.

c. Cara penanaman. Penyiapan bibit dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah dipersiapkan. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan oktober.

5. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan penyulaman. Sekitar 2-3 minggu setelah musim tanam, hendaknya diadakan pengamatan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

b. Penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

c. Pembumbunan. Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu, tujuan pembumbunan untuk menimbun rimpang jahe kadang-kadang muncul keatas permukaan tanah.

Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar, setiap kali pembumbunan akan berbentuk guludan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.

Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri dari 2-3 kali selama umur tanaman jahe, namun sangat tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya curah hujan.

d. Pemupukan. Pupuk organik yang diberikan bermutu baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama penyakit. Pemberian pupuk organik yang disarankan adalah sesuai dengan prinsip LEISA (Low External input and Sustainable Agriculture) yaitu Urea : 600 kg/ha; SP-36 : 300 kga/ha, dan KCL : 400 kg/ha, areal tanam telah diberi pupuk dasar berupa pupuk organik kompos atau pupuk kandang dengan dosis 1 karung per 100 m2; Pemupukan susulan dilakukan pada umur 6-8 minggu dengan pupuk organik kompos sekitar 15-20 ton/ha;

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (Urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk Nitrogen (60kg/ha), P2O5(50 kg/ha), dan N dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P , N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

e. Pengairan dan penyiraman. Tanaman jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.

f. Waktu penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.


6. Hama dan Penyakit.
a. Hama. Hama yang umum dijumpai pada tanaman jahe adalah :
Lalat rimpang Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Kutu Perisi atau Aspidiellla hartii Gr.

b. Penyakit. Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman jahe adalah:
o Penyakit Layu Bateri Ralstonia (Pseudomonas solanacearum). Gejala pertama pada umur 3 bulan adalah daun menguning dan menggulung, dimulai dari daun yang lebih tua kemudian diikuti daun yang lebih muda, selanjutnya sampai semua helai daun kuning dan mati; gejalanya : Gejala menguning pada daun biasanya dimulai dari pinggir daun kemudian menyebar ke seluruh helai daun; Pada bagian pangkal batang terlihat gejala cekung basah dan garis-garis hitam atau abu-abu sepanjang batang; Pada tahap perkembangan, batang mudah dicabut dari bagian rimpang. Kalau potongan pangkal batang atau rimpang dipijit dengan tangan akan mengeluarkan lendir berwarna putih seperti air susu.

Pengendalian: 1) jaminan kesehatan bibit jahe; 2) karantina tanaman jahe yang terkena penyakit; 3) pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; 4) pengendalian fungisida dithane M-45 (0.25%), Bavistin (0.25%).

o Penyakit Busuk Rimpang (Rhizoctonia solsni Kuhn). Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25°C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala : daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya mati. Pengendalian : 1) penggunaan bibit yang sehat; 2) penerapan pola tanam yang baik; 3) penggunaan fungisida.

o Penyakit Bercak Daun atau Phyllosticta zinggiber Ramakr. Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala : pada daun yang bercak-bercak berukuran abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang tersrang bisa mati. Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

7. Panen
a. Ciri dan Umur Panen. Panen untuk konsumsi dilakukan pada saat rimpang berumur 6-10 bulan, sedangkan panen untuk bibit dilakukan pada saat rimpang berumur minimal 8 bulan;

Ciri-ciri rimpang siap panen :
o Warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering;
o Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas/ tidak mudah lecet;
o Apabila dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat;
o Warna rimpang lebih mengkilat dan terlihat bernas;

Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut ;
o Mutu I : bobot 250 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang
o Mutu II : bobot 150-249 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
o Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas masimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%.

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Apabila jahe untuk dipasarkan, maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misalnya tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.

b. Cara panen. Panen yang baik adalah dengan membongkar tanah secara hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selajutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu, jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpan harus terbuka, tidak lembab dan pemupukannya jangan terlalu tinggi

8. Analisa Usahatani Jahe Gajah
Bagi yang ingin membudidayakan tanaman jahe gajah, sebagai gambaran hasil analisa usahatani dengan luasan satu hektar (1Ha) adalah sebagai berikut :

No Komponen Biaya Volume Biaya Satuan(Rp) Jumlah
I Benih 2.000 kg 6000 12.000.000
Pupuk Kandang 40 ton 100.000 4.000.000
Urea 600 kg 1.600 960.000
SP-36 300 kg 1.800 540.000
KCL 400 kg 2.000 800.000
Pestisida 1 paket 450.000 450.000
Pembukaan dan pengolahan lahan 150 hok 15.000 2.250.000
Pembuatan bedengan 60 hok 15.000 900.000
Penanaman 60 hok 15.000 900.000
Pemeliharaan 300 hok 15.000 4.500.000
Sortasi dan Seleksi 100 hok 15.000 1.500.000
Panen dan Pasca Panen 100 hok 15.000 1.500.000
Sortasi benih di gudang 75 hok 15.000 1.125.000
Pengepakan 50 hok 15.000 750.000
Kotak kayu 4.000 buah 750 3.000.000
Bunga Bank 10.8 % 10 bln - 3.373.380
Total Biaya I - - 38.548.380
II Hasil Penjualan (80% hasil panen) 22.500 kg 6.000 135.000.000
Total Keuntungan ( II - I ) 96.451.620
B/C ratio 3.50
Dari hasil analisa usahatani di atas, dapat dilihat bahwa membudidayakan tanaman jahe gajah cukup menguntungkan asal dilakukan dengan proses pembudidayaan yang benar.
Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Ditjen Hortikultura dan berbagai sumber lainnya.
Penulis : Wayan Ediana
Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar

Terimaksih atas komentarnya