Ir. ediana wayan M.Si
Apa itu SCM ?
SCM yang merupakan singkatan dari Supply Chain Management atau dalam bahasa Indonesianya kita kenal dengan Manajemen Rantai Pasokan merupakan siklus lengkap produksi, mulai dari kegiatan pengelolaan di setiap mata rantai aktifitas produksi sampai siap digunakan oleh pemakai/user. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan: 1) Proses budidaya untuk menghasilkan produk (hortikultura); 2) Mentransformasikan bahan mentah (penanganan panen dan pasca panen); dan 3) Pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi. SCM sendiri adalah suatu jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen).

Kenapa harus menerapkan SCM ?
Pada saat ini produk hortikultura Indonesia baru mampu memasok kebutuhan konsumen dalam negeri/pasar tradisional dan masih sangat sedikit yang di ekspor karena produk hortikultura nasional kurang kompetitif di pasar Internasional. Hal ini disebabkan oleh sistem produksi di lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien, serta jumlah produksi terbatas. Selain itu dukungan kebijakan perbankan, perdagangan, ekspor dan impor belum berpihak kepada pelaku agribisnis hortikultura dalam negeri.

Untuk masa yang akan datang pembangunan agribisnis hortikultura perlu dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif. Artinya, pembangunan agribisnis hortikultura perlu memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu sampai ke hilir dan perangkat penunjangnya menuju keseimbangan antara usaha promosi peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan promosi peningkatan konsumsi, serta menguntungkan semua pihak. Berkaitan dengan hal tersebut, program pembangunan agribisnis hortikultura perlu disusun dengan memperhatikan keberadaan dan berfungsinya berbagai perangkat keras dan lunak, yang ada di daerah setempat diantaranya kebijakan, prasarana dan sarana, kelembagaan, teknologi, sistem informasi dan permodalan. Selanjutnya untuk memetakan kondisi dan permasalahan yang ada, membuat analisis kebutuhan perbaikan, menetapkan target-target perbaikan dan menyusun rencana aksinya dapat digunakan dengan pendekatan SC., Sebab, dengan pendekatan SCM dapat memperbaiki dalam pengembangan produk hortikultura baik mutu, jumalh maupun rutinitasnya yang pada gilirannya dapat menjawab tantangan di bidang hoertikultura, khususnya dalam menghadapi era globalisasi.

Bagaimana Menerapkan SCM ?
Dalam pelaksanaan SCM agar dapat dikelola dengan berdaya guna dan berhasil guna ada 5 aliran utama yang harus diterapkan yaitu :
1. Aliran produk, merupakan gambaran aliran yang bersifat searah dan diawali dari produsen/petani dengan melewati beberapa mata rantai yang akhirnya akan diterima oleh pengguna/konsumen.
2. Aliran Informasi, merupakan gambaran aliran informasi yang akan dibutuhkan. Terdapat 2 jenis aliran informasi yaitu: 1) Aliran informasi bersifat searah dari pedagang pengumpul besar (grosir) ke pedagang pengumpul antar pulau dan produsen); 2) Aliran informasi dua arah antara konsumen, pengecer, supermarket, toko, pedagang pasar tradisional maupun pedagang pengumpul besar.
3. Aliran dana, adalah gambaran aliran uang/modal yang berawal dari konsumen sebagai pembeli selanjutnya mengalir pada tiap mata rantai dan pada akhirnya akan sampai di produsen untuk digunakan sebagai biaya produksi. Aliran dana ini bersifat searah artinya dana dihasilkan dari pertukaran dengan produk yang dibeli konsumen dengan melewati beberapa mata rantai, akhirnya akan diterima oleh produsen sebagai penukar dari produk yang dihasilkan. Aliran dana dapat berupa dana tunai, pinjaman atau pengikat.
4. Aliran Pelayanan, merupakan gambaran aliran layanan yang dilakukan tiap mata rantai pasokan. Aliran ini bersifat searah diawali oleh produsen yang melakukan pelayanan baik penyediaan dana, sarana produksi, peralatan kerja maupun bantuan konsultasi kepada mata rantai selanjutnya.
5. Aliran Kegiatan, merupakan gambaran kegiatan yang dilakukan oleh tiap mata rantai terhadap produk yang dihasilkan. Aliran kegiatan ini bersifat searah yang diawali dari produsen kemudian dilanjutkan kepada pengumpul tingkat desa, pengumpul tingkat kecamatan, pengumpul kabupaten untuk peningkatan nilai tambah seperti pemilahan dan pemilihan sesuai standar serta pengemasan, sehingga meningkatkan nilai jual produk yang pada akhirnya akan diterima oleh pengguna akhir/konsumen dalam bentuk mutu.

Apa Saja Prinsip Keberhasilan Penerapan SCM ?
Kunci keberhasilan penerapan SCM hortikultura terletak pada 6 hal, yaitu :
1. Memahami pelanggan dan konsumen, artinya memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan standar yang diinginkan, menyeleksi produk sesuai dengan selera konsumen, memberikan jaminan kualitas dan harga bersaing, memberikan merek sebagai jaminan kualitas dan informasi mengenai referensi konsumen.
2. Menyediakan produk dengan benar sesuai permintaan konsumen, artinya dalam upaya memproduksi hortikultura kita harus memperhatikan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standar Prosedur Operasional (SPO), sertifikasi produk, menyediakan produk dengan harga terjangkau dan pengaturan produksi sesuai dengan kebutuhan pasar.
3. Menciptakan nilai tambah dan membagikan harga kepada semua anggota rantai, artinya menyusun keseimbangan margin harga di masing-masing rantai secara proporsional sesuai aktifitas dan resiko yang ditanggungnya serta dituangkan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan, transparansi di masing-masing rantai, peningkatan pemberdayaan (posisi tawar) petani, menciptakan nilai tambah melalui produk development, melakukan klasifikasi dan standarisasi mutu produk sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Logistik dan distribusi yang memadai, artinya harus ada kontinuitas suplai baik jumlah maupun mutu, penguatan kelembagaan tani, peningkatan sarana dan prasarana on farm dan off farm (infrastruktur), transportasi dan distribusi serta biaya transportasi yang efisien dan ketepatan waktu dalam pendistribusian produk.
5. Komunikasi dan informasi yang lancar, artinya melalui penguatan sistem informasi antar pelaku bisnis, peningkatan jalinan informasi antar pelaku bisnis atau menciptakan champion yang dapat memperlancar komunikasi dan informasi antara produsen dan pelaku usaha serta perlu dukungan sarana dan prasarana software dan hardware.
6. Hubungan yang efektif antar pelaku rantai pasokan, artinya membangun hubungan yang saling menguntungkan antar pelaku bisnis, membangun komitmen, adanya transparansi, fairness antar pelaku bisnis dan perlu dibangun kelembagaan vertikal dan horisontal dalam bentuk asosiasi.

Sehubungan dengan penerapan SCM tersebut sampai saat ini terdapat beberapa daerah di Indonesia yang telah menggunakan pendekatan SCM dalam meningkatkan nilai kompotitifnya di pasaran. Contohnya, komoditas sayuran bawang merah di kabupaten Brebes, Jawa Tengah.























Karakteristik Prasarana (Kondisi yang diharapkan) dalam penerapan SCM Bawang Merah di Brebes adalah sebagai berikut :
1. Jalan Desa
Kondisi jalan desa perlu diaspal
Dapat menopang pick up dengan daya angkut s.d 5 ton
Lebar jalan 2,5 – 3 m

2. Jalan Kecamatan
Kondisi jalan kecamatan diaspal
(dengan memperbaiki kondisi jalan yang berlubang)
Dapat menopang pick up/truk dengan daya angkut s.d 7 ton
Lebar jalan 3 – 4 m

3. Jalan Kabupaten
Diaspal, hot mix
Dapat menopang truk dengan daya angkut s.d 10 ton
Lebar jalan 4 – 5 m

4. Jalan Propinsi :
Diaspal, hot mix
Dapat mendukung truk container dengan kapasitas s.d 30 ton
Lebar jalan 7 – 8 m


5. Unit Penampungan kecil
Memiliki gudang dengan kapasitas 5 – 10 ton
Menampung produk dari petani dengan menggunakan waring net kapasitas max 50 Kg
Melakukan sortasi bawang merah antara yang baik dan yang busuk.
Mengirim produk ke Unit Penampungan sedang dengan menggunakan pick up/truk
Waring net disusun bertingkat max 2 susun (pick up), atau 5 susun (truk)

6. Unit Penampungan Sedang
Memiliki gudang penyimpanan dengan kapasitas 10 – 15 ton
Melakukan kegiatan sortasi berdasarkan tujuan pasar berbeda
Melakukan pengkelasan produk
Menampung produk dengan waring net kapasitas max 30 kg
Pengiriman produk ke Unit Pelayanan Terpadu dilakukan dengan menggunakan Pick up/truk dengan kapasitas 2 – 3 ton (Pick up) dan 5 – 7 ton (truk)
Waring net disusun bertingkat dengan maksimal 3 susun (pick up) atau 8 susun (truk)

7. Unit Pelayanan Terpadu
Memiliki lantai jemur
Fasilitas perbankan
Memiliki gudang penyimpanan dengan kapasitas maksimum 50 ton
Memiliki fasilitas packaging, labeling, timbangan, pembersihan,
Menyiapkan produk siap dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri
Melakukan pengkelasan produk dalam 3 kelas (A, AA, AAA)
Melakukan pelabelan
Melakukan pemeriksaan SPS (Badan Karantina)
Melakukan pengkemasan dengan waring net
Pengiriman produk ke pusat-pusat pemasaran domestik dan pelabuhan laut/udara dengan menggunakan kendaraan dengan spesifikasi sebagai berikut :
• Kontainer
• Waring net disusun bertingkat maksimal 8 susunan ke atas

Agar prinsip keberhasilan dalam penerapan SCM dapat berjalan dengan baik, harus ada faktor pendukung dalam pelaksanaan SCM ini. Bagaimana hubungan antara prinsip dan faktor pendukung tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.











Tabel 1. Keterkaitan Prinsip Supply Chain Management Dengan Faktor Pendukung




No
PRINSIP



PENDU-
KUNG Memahami Kebutuhan & Perilaku Pelangganggan dan konsumen
Menyediaakan produk yang benar sesuai dengan permintaan pasar
Menciptakan dan membagikan nilai tambah kepada semua anggota rantai
Penyediaan logistik dan Distribusi yang memadai
Komunikasi dan Informasi yang lancar
Hubungan yang efektif antar pelaku dan rantai pasokan




1


Kebijakan Identifikasi /survei/preferensi konsumen
Penyiapan panduan, norma, standar (GAP, SOP, HACCP, SPS, BMR, dll)
Panduan transparansi kerja sama saling menguntungkan antar pelaku
- Subsidi transportasi
- Penataan sistem transportasi dan distribusi
Pedoman penataan sistem komunikasi & informasi
Pedoman pola usaha/ etika bagi pelaku rantai pasokan




2

SDM Penyuluhan tentang perilaku & prefensi konsumen
- Pelatihan tenaga accessor
- Pelatihan / sosialisasi GAP, SOP
Pelatihan manajemen usaha setiap rantai
Pelatihan penanganan pasca panen
Pelatihan tentang pemanfaatan teknologi informasi

- Rekruitmen, supply chain champions






3




Prasarana Prasarana untuk akses informasi (website)
- Fasilitas pengairan, rumah lindung
- Penyediaan gudang berpendingin
- Penyediaan rumah pasca panen
-Penyediaan gudang berpendingin
-Penyediaan rumah pasca panen
- Penyediaan gudang & alat transportasi berpendingin
- Perbaikan infrastruktur (JUT, jembatan)
- Pembuatan STA/Unit Pelayanan Terpadu
Penyediaan fasilitas komunikasi & informasi
Penyediaan fasilitas komunikasi dan transportasi


4

Sarana Sarana komunikasi & informasi
Penyediaan sarana produksi : Penyediaan sarana panen & pasca panen
Penyediaan sarana penanganan pasca panen Penyediaan mobil pendingin
Penyediaan sarana komunikasi/ komputer
Penyediaan sarana komunikasi/komputer






5





Teknologi







Kajian preferensi konsumen
- Penggunaan benih unggul bermutu
- Penerapan SLPHT
- Penerapan GAP & SOP
- Penerapan pola produksi
- Penerapan teknologi off season
- Penerapan teknologi pasca panen
-Pengaturan pola tanam & jadwal tanam untuk mencapai keseimbangan produksi
- Inovasi teknologi penerapan teknologi off season Penerapan teknologi off season
Teknologi komunikasi & informasi (media cetak, elektronik)






6













Kelembagaan




Fasilitasi champion untuk mengetahui perilaku pelanggan dan konsumen






- Penguatan manajemen kelompok
- Pendampingan penerapan GAP & POS
- Fasilitasi kemitraan antara anggota rantai
- Pembentukan asosiasi petani
- Pembentukan asosiasi pedagang
- Pembentukan asosiasi komoditas (Pokja) Peningkatan kerjasama antar anggota rantai untuk logistic dan distribusi


- Forum dialog antar anggota rantai(kesepakatan harga,dll)
- Temu asosiasi petani
- Temu asosiasi pedagang
- Pertemuan Pokja - Fasilitasi Supply Chain Champion
- Temu usaha antar pelaku rantai pasar





7

Modal
/Pembiayaan




Pendanaan untuk melakukan kajian preferensi(pemerintah dan swasta) Penyediaan kredit berbunga rendah (SP3, KHM, PMUK, koperasi, LM3)
Penyediaan modal penyangga pada saat panen raya

Penyediaan dana untuk pengadaan prasana Penyediaan modal utk menunjang kelancaran komunikasi

Fasilitasi modal utk Supply Chain Champion




8

Sistem Informasi
Penyediaan informasi tentang perilaku& preferensi konsumen
Penyediaan informasi ketersediaan produk
- Penyediaan informasi harga disetiap rantai
- Penyediaan informasi analisa usaha disetiap rantai Penyediaan informasi mengenai logistik& distribusi
Pengembangan SIM produk hortikultura sesuai SCM

Penyediaan informasi secara transparan dlm rantai SCM





9



Sosial Budaya
Survai preferensi konsumen berdasarkan budaya, pendapatan

Pemanfaatan nilai budaya untuk penyediaan produk yang berkualitas

Pemanfaatan sosial budaya dalam transparansi harga (hubungan kekeluargaan)
Pemanfaatan sosial budaya untuk logistik dan distribusi
Pengembangan budaya berkomunikasi
- Penguatan sosial budaya untuk saling ketergantung-an
- Saling percaya
- Saling menguntung-kan


10
Lingkungan Lain
- Jaminan keamanan berinfestasi
- Jaminan keamanan dalam transporasi & distribusi

Apa peran Penyuluh Pertanian?
Dalam penerapan SCM, penyuluh pertanian mempunyai peran yang sangat strategis untuk merubah prilaku petani dalam proses budidaya agar menghasikan produk hortikultura dengan menerapkan prinsip-prinsip GAP dan SPO, karena GAP dan SPO tersebut merupakan bagain integral dalam penerapan SCM. GAP merupakan praktek pertanian yang bertujuan untuk : a) memperbaiki kualitas produk berdasarkan pada standar spesifik; b) menjamin produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi; c) menjamin penghasilan yang tinggi: d) menjamin teknik produksi yang sehat; e) menjamin kesehatan dan kesehatan pekerja: f) maksimasi efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam: g) mendorong pertanian berkelanjutan; h) minimasi resiko pada lingkungan. Sedangkan SPO merupakan standar pelaksanaan pekejaan dalam setiap usaha pertanian, agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan.

Penerapan GAP perlu dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan kelompoktani sehingga apa yang ditetapkan dalam SPO dapat dilakukan dengan baik. Bila penerapan GAP dilakukan dalam skala kecil, petani dapat berkelompok, kelompoktani tersebut secara bersamaan mengelola kebun/lahan berdasarkan pada SPO. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan GAP adalah menerapkan SLPHT, adanya diseminasi teknologi, sumberdaya manusia yang memadai dan menggunakan benih bersertifikat. Bila penerapkan GAP/SPO belum berjalan secara optimal maka penerapan SCM-pun sulit untuk dibangun, karena saling keterkaitan dalam pelaksanaannya. Untuk itu sangat dibutuhkan peran penyuluh pertanian menyampaikan tentang SCM, GAP dan SPO. ediana, wayan (sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura)
Ir. ediana wayan M.Si
Dibalik aroma yang khas dan menggugah selera, bila dipotong berwarna putih, kuning atau jingga, bagian luarnya berwarna kuning, dan bila sudah tua berubah warna menjadi agak coklat keabuan dialah si Rimpang JAHE. Disamping mempunyai aroma khas, jahe juga mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia. Tak heran bila sejak lama dikenal ada wedang (minuman) jahe, permen jahe, atau bandrek (minuman yang mengandung jahe) serta banyak digunakan sebagai bumbu untuk berbagai jenis masakan atau kue.
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe yang tergolong dalam spesies Zingiber Officinale, berasal dari Asia Pasifik pengguna jahe terbesar adalah orang India sampai Cina. Karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe sebagai bahan minuman, bumbu masak, dan obat-obatan tradisional.

Tanaman jahe juga telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Batang tanaman jahe tumbuh tegak lurus, terdiri dari seludang-seludang daun dan pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Batang ini biasanya basah dan banyak mengandung air, sehingga tergolong tanaman herba.

Jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Ketiga jenis itu adalah jahe putih/kuning besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih kecil biasanya disebut jahe sunti, jahe besar biasanya disebut jahe gajah atau jahe badak.

Jahe gajah/badak memiliki rimpang yang besar dan gemuk. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat muda maupun tua, baik jahe segar maupun olahan. Sedang jenis jahe putih kecil dan jahe merah selalu di panen tua. Kandungan minyak Atsiri dari kedua jenis jahe ini lebih tinggi dari jahe putih besar, maka dari itu rasanya lebih pedas. Selain itu jahe kecil dan jahe merah ini seratnya lebih tinggi. Kedua jenis jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau diekstrak Oleoresin dan minyak Atsirinya.


Apa saja Kandungan dan Kegunaan Jahe?
Jahe mengandung komponen minyak menguap atau volatile oil, minyak tak menguap atau non volatile oil, dan pati. Minyak menguap biasanya disebut minyak Astiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedang minyak tak menguap disebut Oleoresin yang memberikan rasa pedas dan pahit. Dewasa ini banyak petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.

Dalam perdagangan jahe telah dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olehan jahe seperti: minyak Astiri dan Koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai obat batuk, mengatasi influensa, demam, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan memperbaiki pencernaan (seperti sakit perut).

Khusus untuk minyak Astiri digunakan sebagai bahan baku minuman ringan atau ginger ale, industri farmasi seperti parfum dan kosmetik yang memancarkan kesan “suasana timur” serta sebagai bahan penyedap atau flavouring agents.

Bagaimana Teknis Budidaya Jahe?
1. Persayatan Tumbuh
Jahe tumbuh baik pada tanah gembur, subur dan mendapat sinar matahari yang banyak. Dapat ditanam pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal sebaiknya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m di atas permukaan laut. Jahe membutuhkan curah hujan tahunan 1.500 - 3.000 mm dengan suhu udara berkisar 25-37ÂșC dengan kelembaban sedang, pH tanah yang dikehendaki berkisar antara 5-7. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan seperti: Indonesia, Australia, Sri Langka, Cina, India, Jamaika dan lain-lain.

2. Pembibitan
a. Persyaratan bibit. Bibit yang berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (prosentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik (bebas hama dan penyakit). Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain bahan bibit diambil langsung dari kebun, bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (8-10 bulan), dan dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka. Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan kedalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.



b. Teknik penyemaian bibit. Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak/seragam, bibit jangan langsung ditanam tetapi sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan peti kayu atau bedengan.

o Penyemaian dengan peti kayu dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) rimpang jahe yang baru di panen di jemur (tidak sampai kering);
2) disimpan 1-1.5 bulan;
3) patahkan rimpang jahe tersebut dengan tangan dimana setiap potongan
memiliki 2-3 mata tunas;
4) dijemur antara 0.5-1 hari;
5) potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang;
6) celupkan kedalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan;
7) masukan kedalam peti kayu yang pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, diatasnya diberi abu gosok/sekam padi, demikian seterusnya. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit tersebut sudah dapat disemai.

o Penyemaian pada bedengan dengan media jerami atau sekam dengan ketebalan 5cm dalam 4 lapis dengan ketinggian 20-25 cm. Kelembabannya terjaga dengan disemprot air 1-2 kali/minggu (jangan disiram); Rimpang yang digunakan harus sehat, sudah dijemur ulang sekitar 0.5-1 hari dan memiliki 2-3 mata tunas, Celupkan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit sebelum dilakukan penyemaian di media semai, Penyemaian benih dilakukan selama 2-4 minggu, perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setah 2 minggu biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar terbawa bibit bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu di patah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.


3. Pengolahan Media Tanam
a. Pengolahan lahan. Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih 25-30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu, tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah tahap pertama dirasakan belum gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang tahap kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 0.5 kg/lubang.

b. Pembuatan bedeng. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 10-30 cm, lebar 90-120 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Bedengan rapi pada tanah miring, dibuat guludan dengan jarak tanam sekitar 30x60 cm dan pada tanah datar dibuat bedengan.
c. Pengapuran. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Apabila:
o Derajat kesamaan < 4 (paling asam); kebutuhan dolomit > 10 ton/ha
o Derajat keasaman 5 (asam); kebutuhan dolomit 5.5. ton/ha
o Derajat keasaman 6 (agak asam); kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha

4. Teknik Penanaman
a. Penentuan pola tanam. Pembudidayaan dapatt dilakukan secara monokultur dan tumpang sari. Penanaman jahe secara tumpang sari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :1) mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga; 2) menekan biaya tenaga kerja, seperti tenaga kerja pemeliharaan tanaman; 3) meningkatkan produktivitas lahan; 4) memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

Kenyataan di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacanga lainnya.

b. Pembuatan lubang tanah. Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3 - 7.5 cm untuk menanam bibit.

c. Cara penanaman. Penyiapan bibit dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah dipersiapkan. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan oktober.

5. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan penyulaman. Sekitar 2-3 minggu setelah musim tanam, hendaknya diadakan pengamatan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

b. Penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

c. Pembumbunan. Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu, tujuan pembumbunan untuk menimbun rimpang jahe kadang-kadang muncul keatas permukaan tanah.

Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar, setiap kali pembumbunan akan berbentuk guludan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.

Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri dari 2-3 kali selama umur tanaman jahe, namun sangat tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya curah hujan.

d. Pemupukan. Pupuk organik yang diberikan bermutu baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama penyakit. Pemberian pupuk organik yang disarankan adalah sesuai dengan prinsip LEISA (Low External input and Sustainable Agriculture) yaitu Urea : 600 kg/ha; SP-36 : 300 kga/ha, dan KCL : 400 kg/ha, areal tanam telah diberi pupuk dasar berupa pupuk organik kompos atau pupuk kandang dengan dosis 1 karung per 100 m2; Pemupukan susulan dilakukan pada umur 6-8 minggu dengan pupuk organik kompos sekitar 15-20 ton/ha;

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (Urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk Nitrogen (60kg/ha), P2O5(50 kg/ha), dan N dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P , N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

e. Pengairan dan penyiraman. Tanaman jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.

f. Waktu penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.


6. Hama dan Penyakit.
a. Hama. Hama yang umum dijumpai pada tanaman jahe adalah :
Lalat rimpang Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Kutu Perisi atau Aspidiellla hartii Gr.

b. Penyakit. Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman jahe adalah:
o Penyakit Layu Bateri Ralstonia (Pseudomonas solanacearum). Gejala pertama pada umur 3 bulan adalah daun menguning dan menggulung, dimulai dari daun yang lebih tua kemudian diikuti daun yang lebih muda, selanjutnya sampai semua helai daun kuning dan mati; gejalanya : Gejala menguning pada daun biasanya dimulai dari pinggir daun kemudian menyebar ke seluruh helai daun; Pada bagian pangkal batang terlihat gejala cekung basah dan garis-garis hitam atau abu-abu sepanjang batang; Pada tahap perkembangan, batang mudah dicabut dari bagian rimpang. Kalau potongan pangkal batang atau rimpang dipijit dengan tangan akan mengeluarkan lendir berwarna putih seperti air susu.

Pengendalian: 1) jaminan kesehatan bibit jahe; 2) karantina tanaman jahe yang terkena penyakit; 3) pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; 4) pengendalian fungisida dithane M-45 (0.25%), Bavistin (0.25%).

o Penyakit Busuk Rimpang (Rhizoctonia solsni Kuhn). Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25°C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala : daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya mati. Pengendalian : 1) penggunaan bibit yang sehat; 2) penerapan pola tanam yang baik; 3) penggunaan fungisida.

o Penyakit Bercak Daun atau Phyllosticta zinggiber Ramakr. Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala : pada daun yang bercak-bercak berukuran abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang tersrang bisa mati. Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

7. Panen
a. Ciri dan Umur Panen. Panen untuk konsumsi dilakukan pada saat rimpang berumur 6-10 bulan, sedangkan panen untuk bibit dilakukan pada saat rimpang berumur minimal 8 bulan;

Ciri-ciri rimpang siap panen :
o Warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering;
o Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas/ tidak mudah lecet;
o Apabila dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat;
o Warna rimpang lebih mengkilat dan terlihat bernas;

Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut ;
o Mutu I : bobot 250 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang
o Mutu II : bobot 150-249 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
o Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas masimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%.

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Apabila jahe untuk dipasarkan, maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misalnya tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.

b. Cara panen. Panen yang baik adalah dengan membongkar tanah secara hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selajutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu, jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpan harus terbuka, tidak lembab dan pemupukannya jangan terlalu tinggi

8. Analisa Usahatani Jahe Gajah
Bagi yang ingin membudidayakan tanaman jahe gajah, sebagai gambaran hasil analisa usahatani dengan luasan satu hektar (1Ha) adalah sebagai berikut :

No Komponen Biaya Volume Biaya Satuan(Rp) Jumlah
I Benih 2.000 kg 6000 12.000.000
Pupuk Kandang 40 ton 100.000 4.000.000
Urea 600 kg 1.600 960.000
SP-36 300 kg 1.800 540.000
KCL 400 kg 2.000 800.000
Pestisida 1 paket 450.000 450.000
Pembukaan dan pengolahan lahan 150 hok 15.000 2.250.000
Pembuatan bedengan 60 hok 15.000 900.000
Penanaman 60 hok 15.000 900.000
Pemeliharaan 300 hok 15.000 4.500.000
Sortasi dan Seleksi 100 hok 15.000 1.500.000
Panen dan Pasca Panen 100 hok 15.000 1.500.000
Sortasi benih di gudang 75 hok 15.000 1.125.000
Pengepakan 50 hok 15.000 750.000
Kotak kayu 4.000 buah 750 3.000.000
Bunga Bank 10.8 % 10 bln - 3.373.380
Total Biaya I - - 38.548.380
II Hasil Penjualan (80% hasil panen) 22.500 kg 6.000 135.000.000
Total Keuntungan ( II - I ) 96.451.620
B/C ratio 3.50
Dari hasil analisa usahatani di atas, dapat dilihat bahwa membudidayakan tanaman jahe gajah cukup menguntungkan asal dilakukan dengan proses pembudidayaan yang benar.
Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Ditjen Hortikultura dan berbagai sumber lainnya.
Penulis : Wayan Ediana
Ir. ediana wayan M.Si
Tanaman Pakis saat ini mulai dilirik para pehobby tanaman hias. Jika tanaman hias lainnya yang membuat indah tanaman tersebut adalah bunga atau daunnya, kalau Pakis Monyet justru batangnya yang berbulu pirang, mirip monyet dalam film Kera Sakti tersebut. Ada beberapa nama julukan pada pakis ini, ada yang memberinya nama pakis mas, ada juga yang menamainya pakis sun go khong.

Fenomena ini tentu cukup menarik bagi industri tanaman hias, mulai dari penghobi, kolektor, dan tentunya penjual. Padahal dulunya pakis monyet merupakan tanaman yang tumbuh di hutan-hutan tropis yang teduh. Namun karena kelucuan batangnya yang berbulu indah, si pakis inipun beralih jadi hiasan yang indah di rumah. Bahkan dari beberapa jenis pakis, dipastikan sebagai jenis pakis yang jarang dan langka, sehingga dengan memilikinya, jadi kebanggaan tersendiri.

Ada beberapa jenis pakis yang saat ini sudah dilirik para pehobby tanaman hias tropis. Selain Pakis Monyet adalah pakis haji, pakis tapak gajah, pakis gajah, dan pakis kendil.

Pakis monyet yang tumbuh sehat dapat dilihat dari kondisi bulu yang tumbuh segar, serta warna bulu yang cerah dan tebal. Tinggi tanaman pakis ini bisa tumbuh lebih dari 2 meter pada alam asalnya. Selain bulu yang „bule“ pada batangnya, juga pada tangkai daunnya yang dapat dibentuk pada saat tangkai tersebut masih muda. Caranya dengan mengikat tangkai sebelum tumbuh daun-daun secara sedikit demi sedikit, dengan bentuk sesuai dengan keinginan kita, seperti membentuk bonsai. Pembentukan tunas daun ini dilakukan supaya, tangkai daun tidak terlalu panjang menjolor. Kemudian pembentukan ini dilakukan agar pohon pakis ini terlihat tambah indah.

Namun ada juga pehobby pakis, yang selalu memotong tangkai daun pakis monyet saat tangkai tersebut mulai tumbuh daun. Karena katanya pakis monyet itu yang indah adalah saat tunas baru tumbuh. Saat inilah bentuknya mirip monyet, dengan ekor yang melingkar. Anaknya justru seneng melihatnya.

Panjang tangkai daun bisa mencapai 150 cm, dengan tulang daun yang keras.
Batang daunnya yang masih muda melingkar seperti ekor monyet sehingga terlihat seperti punggung monyet yang sedang menungging. Bulu pada batang pakis ini memang sudah tumbuh saat pakis ini masih kecil dan bulunya ini lah yang membuat pakis ini menjadi menarik.

Wajar bila tanaman ini menjadi kegemaran, karena dapat menghilangkan strees saat kita memandangnya. Pakis monyet sendiri saat ini menjadi satu jenis pakis yang sedang di-'uber-uber' kolektor dan juga pebisnis, dengan harapan bisa menjualnya kembali. Apalagi jenis ini masih sangat langka di pasaran dan tentunya akan jadi koleks eksklusif apabila bisa memilikinya.

Harga jual Pakis monyet ini sekarang sudah mulai naik, bahkan untuk pakis yang sudah jadi, dan pernah ikut pameran sudah mencapai Rp 1 juta. Harga yang diberikan tentu cukup mengejutkan, namun di tangan kolektor, harga seperti itu bukan lagi jadi masalah. Yang penting adalah kepuasan.

Cara penanaman dan perawatan pakis

Menanam dan merawat pakis monyet ataupun jenis pakis secara keseluruhan cukup mudah asalkan memperhatikan empat unsur utama, yaitu sinar matahari, suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara. Unsur tersebut 'wajib' diketahui oleh pemilik pakis, apalagi yang baru menempati iklim baru.

Pakis monyet tidak memerlukan banyak sinar matahari secara langsung karena dapat membuat daun-daunnya menjadi kuning dan kering, tetapi harus ada sinarnya masuk menyinari. Jika tanaman ini akan titempatkan pada taman, harus ada pelindung yang dapat melindungi sinar matahari secara langsung. Bahkan pada pakis gajah, sinar matahari membuat daunnya menjadi layu dan mati. Ini sesuai pada alam aslinya, pakis-pakis tersebut tumbuh pada hutan dataran tinggi yang jarang terkena sinar matahari langsung. Karena terlindungi oleh pohon-pohon besar. Sebaiknya pakis monyet diletakkan pada teras atau ruangan taman di dalam rumah.

Untuk suhu, diusahakan mendekati ideal pertumbuhan pakis di kisaran 14-28° C, sebab dengan suhu optimal, maka klorofil akan berkembang maksimal. Makin banyak klorofil dalam suatu daun, maka warna yang ditimbulkan makin tajam dan mengkilat..Kelembaban yang diharapkan berada dikisaran 80-90% dengan harapan bisa menghindarkan dari kerusakan. Untuk kelembaban berlebih akan mudah terkena penyakit, seperti cendawan. Sedangkan terlalu kering, membuat daun kering dan keriput.

Juga yang perlu diperhatikan adalah sirkulasi udara, sebab makin lancar udara bergerak, maka makin mudah tanaman mendapatkan yang dibutuhkan. Terutaman untuk pakis yang ditanam di dalam ruangan. Untuk tanaman yang ditempatkan di luar ruangan mungkin tidak terlalu bermasalah.

Media yang baik untuk tanaman pakis, adalah campuran tanah pupuk kompos, serpihan pakis (media dapat dibeli pada penjual tanaman hias).

Penyiraman pakis dilakukan minimal 1X sehari, supaya bulu pakisnya kelihatan tidak kuyu, sebaiknya disiram pada tanah sekelilingnya saja, usahakan jangan terkena bulunya. Atau jika telah berdaun, daunnya dapat di semprot pakai semprotan air.
Ir. ediana wayan M.Si
Dewasa ini masyarakat dunia deman dilanda perubahan gaya hidup back to nature disertai adanya tuntutan konsumen terhadap produk hortikultura yang bermutu. Kaitan dengan hal tersebut, penyediaan produk segar yang bermutu tinggi, aman dikonsumsi sangat diperlukan sehinga produk hortikultura Indonesia juga dapat bersaing di pasar dunia.

Pendahuluan. Dalam era globalisasi negara-negara produsen buah-buahan, tidak lagi mengandalkan hambatan berupa tarif tetapi lebih menekankan kepada persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitary. Menghadapi tuntutan persyaratan tersebut, dan dalam rangka menghasilkan produk buah-buahan yang bermutu baik dan aman dikonsumsi, Departeman Pertanian bersama–sama masyarakat perbuahan Indonesia menyusun ketentuan cara berproduksi buah yang baik dan benar, yang sering disebut dengan Good Agricultural Practices (GAP), yaitu mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan prinsip traceability (dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar sampai kebun).

Apa itu GAP. GAP adalah aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia untuk memanfaatkan sumberdaya alam dengan cara menjamin keberlanjutan dalam memproduksi makanan dan produk pertanian lain yang sehat, aman dan bermutu dengan cara-cara yang dapat menjaga harkat kemanusiaan, yang secara ekonomi layak dan secara sosial dapat diterima.

Terdapat beberapa elemen penting dalam GAP yaitu diproduksi dengan teknologi yang dapat mejaga kelestarian alam, diproduksi dengan tetap menjaga kesehatan dan kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya penularan hama dan penyakit ke wilayah lain, menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dan berkualitas, dan sistem produksinya transfaran; serta setiap kegiatan penting harus dicatat.

GAP juga dapat merupakan panduan bagi pelaku usahatani buah-buahan dalam melaksanakan usahataninya. Melalui penerapan GAP, dimasa mendatang akan dihasilkan produk buah, sayur dan biofarmaka yang bermutu baik dan aman dikonsumsi. Disamping itu, juga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, efisiensi produksi dan daya saing, efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mempertahankan kesuburan lahan, mendorong petani dan kelompoktani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional serta menjamin keamanan terhadap konsumen.

Apa saja kreteria GAP. Terdapat 3 kelompok kriteria yang digunakan dalam GAP yaitu: Anjuran, yaitu dianjurkan untuk dilaksanakan; Sangat dianjurkan, yaitu sangat dianjurkan untuk dilaksanakan; Wajib, yaitu harus dilaksanakan. Sertifikasi merupakan penilaian yang diberikan kepada petani/pemilik kebun atas usahatani yang dilakukan. Hasil ini dikelompokan menjadi produk Prima Satu (P-1),Prima Dua (P-2), dan Prima tiga (P-3).

Dalam melaksanakan GAP dibuat standar pelaksanaan pekejaan atau disebut Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam setiap usaha pertanian, agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan. SPO ini harus dibuat dalam bentuk manual yang akan dan mudah diterapkan oleh petani. Dengan mengikuti manual tersebut secara tepat, maka produk yang dihasilkan akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kontrol kualitas dapat dilakukan dengan mengecek proses produksi; setiap penyimpangan kualitas dan produksi dapat diketahui dari penyimpangan proses. Teknik yang digunakan dalam SPO berdasaran pada rekomendasi ahli pertanian dan dirancang sesuai dengan kondisi lokal aktual serta mudah diadopsi oleh petani.

GAP adalah merupakan praktek pertanian yang bertujuan untuk : a) memperbaiki kualitas produk berdasarkan pada standar spesifik; b) menjamin produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi; c) menjamin penghasilan yang tinggi: d) menjamin teknik produksi yang sehat; e) menjamin kesehatan dan kesehatan pekerja: f) memaksimasi efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam: g) mendorong pertanian berkelanjutan; dan h) meminimasi resiko pada lingkungan.

Bagaimana Menerapakan GAP. Dalam penerapan GAP perlu dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan kelompoktani sehingga apa yang ditetapkan dalam SPO dapat dilakukan dengan baik. Bila penerapan GAP pada sistem kebun skala kecil, petani dapat berkelompok dan mengangkat manajer. Kelompoktani ini adalah kelompoktani komoditas sehamparan atau se-wilayah. Kelompoktani tersebut seeara bersamaan mengelola kebun buah berdasarkan SPO yang dipandu oleh manajer. Penetapan seorang manajer sebaiknya adalah seorang Sarjana Pertanian yang mempunyai kemampuan dalam mengelola kebun buah, memahami prinsip GAP, dan mampu mengelola kelompoktani. Manajer nantinya dibayar dari peningkatan penerimaan petani. Namun pada awalnya manajer dengan asisten manajer dapat dibiayai oleh pemerintah (Pemerintah Daerah).

Apa saja tugas Manajer. Manajer akan bertugas:
a. Melakukan negosiasi dan kontrak dengan pembeli (super market, pedagang besar atau eksportir) mengenai standar mutu yang diminta dan jaminan pasar.
b. Menyusun protokol detail (SPO) mengenai manajemen produksi untuk meneapai mutu tersebut. Dalam menyusun protokol ini manajer dapat berkonsultasi dengan pakar setempat.
c. Melaksanakan prodsedur GAP dengan petani, membimbing petani melakukan manajemen kebun samapai penanganan buah pasea panen sesuai SPO.
d. Membantu petani memperoleh sarana dan prasarana pertanian pada waktu yang tepat.
e. Melakukan pencatatan semua aktivitas yang terkait dengan budidaya sampai panen dan pasca panen pada setiap satuan lahan. Petani juga dibimbing mencatat semua aktivitas. Catatan ini perlu disimpan (dalam komputer) di kantor manajemen untuk pedoman pelaksanaan budidaya tahun berikutnya.
f. Melakukan internal audit atau pengkajian ulang paling tidak setahun sekali.
g. Memasarkan hasil produksi. Membantu petani dalam kontrak jual beli, mencarikan pasar yang lebih baik.
h. Menjadi penghubung antara petani dan pedagang, maupun pemerintah. Membantu petani mencari dukungan pemerintah dalam pengusahaan sarana pertanian (seperti irigasi, akses jalan, dan lain-lain).

Bagaimana Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan GAP . Di Indonesia penerapan GAP masih memerlukan peran pemerintah. Penerapan GAP tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya perencanaan makro yang baik, pelatihan dan pendidikan yang konprehensif, pakar dan penyuluh atau konsultan yang terlatih dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang memadai, serta promosi terus menerus pada konsumen.

Pemerintah perlu melakukan pelatihan terhadap manajer, asisten manajer dan petani mengenai GAP. Penyuluh pertanian juga perlu dipersiapkan dengan baik dan dibekali dengan kemampuan yang memadai. Penyuluh pertanian yang ada saat ini lebih banyak disiapkan sebagai penyuluh pertanian untuk komoditas padi. Karena itu, mereka harus diberi tambahan bekal berupa pendidikan bidang hortikultura dan kemampuan mengenai jaminan mutu. Selain itu, lembaga penelitian seperti BPTP perlu mempersiapkan orang-orang yang spesialis dalam berbagai aspek diantaranya budidaya, pasca panen dan pemasaran buah-¬buahan. Selain itu, juga harus ada yang ahli pemupukan, irigasi, pengendalian harna, pengendalian penyakit dan lain sebagainya. Dalam kegiatan ini sangat diperlukan adanya orang¬- orang yang spesialis, bukan generalis. Lembaga-lembaga penelitian seperti BPTP, Puslitbang Hortikultura dan Perguruan Tinggi setempat harus melakukan penelitian-penelitian terapan untuk menghasilkan teknologi yang spesifik. Para pakar di lembaga-Iembaga tersebut harus siap untuk memberikan konsultasi pada para penyuluh, manajer dan petani.

Kunci penting dalam penerapan GAP di Indonesia adalah :
a. Adanya kelompoktani komoditas yang bersama-sama mempunyai komitmen kuat dalam menerapkan GAP;
b. Adanya SPO yang baik;
c. Adanya manajer yang membantu petani anggota kelompok dalam melaksanakan GAP;
d. Adanya pelatihan penerapan GAP;
e. Adanya sistem pendukung yang difasilitasi oleh pemerintah;
f. Dilakukannya promosi terus-menerus pada petani dan konsumen.

Kemudian lembaga yang akan terlibat dalam aktivitas ini adalah: 1) kelompoktani dengan manajernya; b) Penyuluh atau konsultan pertanian; c) Dinas Pertanian dan Bapeda: d) Lembaga Penelitian seperti BPTP, Puslitbang Hortikultura, dan Perguruan Tinggi; dan e) Adanya Organisasi Jaminan Mutu Buah-buahan.

Peran Pemerintah Pusat meliputi:
a. Merumuskan kebijakan baku tentang GAP, termasuk membuat lembaga sertifikasi (LSSM).
b. Membuat pedoman teknis pelaksanaan GAP, menyusun SPO komoditas unggulan.
c. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan GAP.
d. Menciptakan kondisi agar masyarakat mau dan memprioritaskan mengkonsumsi buah nusantara dari kebun yang terakreditasi dengan pendidikan konsumen.

Peran Pemerintah Daerah adalah:
a. Mengadakan kampanye, penyuluhan dan pelatihan kepada petani mengenai GAP.
b. Memilih, mengangkat dan melatih manajer dan asistennya.
c. Membantu dalam pengadaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penerapan GAP, seperti :
1) Rujukan teknis laboratorium analisis tanah.
Laboratorium ini melakukan pelayanan konsultasi pada petani dan manjer tentang kesesuaian lahan, kebutuhan pemupukan, diagnosa daun serta interpretasi dari analisis data.
2). Stasiun meteorologi pertanian.
Stasiun ini membantu petani dan manajer mengetahui prakiraan cuaca, memberi petunjuk praktis yang terkait dengan cuaca seperti pengairan, perlindungan dari kekeringan, serta perencanaan pengembangan areal untuk buah-buahan.

3). Sumber air irigasi.
Pelayanan ini meliputi penjadwalan dan perencanaan ketersediaan air, pengaturan panen air hujan, penggunaan air yang tersedia baik air tanah, sungai ataupun tarnpungan air hujan. Pelayanan juga meliputi penyuluhan mengenai perlunya irigasi bagi tanman buah¬buahan.
4). Peta pewilayahan komoditas.
Peta pewilayahan komoditas dan daftar komoditas unggulan diperlukan sebagai pedoman untuk investasi.
5). Perusahan pembibitan yang profesional.
Perlu disipkan perusahaan pembibibtan yang profesional, pusat penyediaan bahan tanarnan yang bebas virus, laboratorium kultur jaringan, penyediaan inokulan mikoriza dan sebagainya.
6). Klinik Tanaman.
Klinik ini bertugas untuk memberikan konsultasi pengendalian organisme pengganggu tanarnan dan memberikan saran tindakan terhadap adanya gangguan. Promosi mengenai pentingnya pengendalian hama, penyakit dan gulma diperlukan.
7). Laboratorium pengendalian kualitas buah.
Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan analisis mutu buah, pencemaran mikroba, pestisida dan sebagainya. Laboratorium ini juga perlu secara aktif memberikan saran teknik mencegah penurunan mutu.
8). Sarana pasca panen dan gudang pendingin.
Sarana ini sangat diperlukan pada sentra produksi. Pada sarana ini dilakukan sortasi, grading sarnpai dengan pengemasan dan kalau perlu penyimpanan buah. Disini juga dilakukan transaksi atau lelang buah. Perlu didorong agar super market, pedagang besar maupun eksportir datang dan transaksi disini.
9). Asosiasi Jaminan Mutu.
Asosiasi ini terdiri dari kebun-kebun buah (diwakili oleh ketua kelompoktani atau manajer), pedagang buah super market, eksportir dan peneliti (dari BPTP, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian Daerah), dan wakil pemerintah daerah. Asosiasi ini bertugas menetapkan kriteria dan standar mutu, mengevaluasi dan menyempumakan protokol jarninan mutu dan mengevaluasi mutu buah-buahan. Asosiasi juga menjadi lembaga penengah bila terjadi perselisihan mengenai mutu antara produsen dan pedagang.

Bagaimana Lagkah Operasionalnya ? Untuk lebih meningkatkan daya saing buah-buahan, pola yang dikembangkan adalah dengan menciptakan pewilayahan komoditas unggulan yang memiliki comparative advantage dan competitve advantage. Setelah dilakukan pe-wilayahan komoditas dan ditetapkan varietas yang akan dikembangkan, maka langkah berikutnya adalah membangun dan mengelola kebun berdasarkan konsepsi GAP. Dalam melaksanakan, kelembagaan petani memegang peran yang sangat penting, karena itu penantaannya menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Perlu pula dibentuk kelembagaan pemasaran khusus untuk buah-buahan bermutu.

1. Pe-wilayahan Komoditas dan Penetapan Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan adalah komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan kompotitif dan komporatif ditopang oleh pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem untuk meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect terhadap berkembangnya sektor lainnya. Pengertian ini meliputi dua dimensi dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, komoditas tersebut ditopang oleh kesesuaian agroekosistem dan biofisik wilayah, penguasaan teknologi produksi dan pasca panen oleh petani, serta kemampuan petani untuk memasarkan produk. Dari sisi permintaan, komoditas tersebut mempunyai pasar yang riil dan berkembang.

Komoditas unggulan ditetapkan berdasarkan kriteria: agronomis, ekonomi dan pasar, manajemen, sosial dan budaya serta infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Kriteria Agronomis meliputi: a) potensi produksi dari comoditas; b) ketersediaan benih; c) kesesuaian agroekosistem dan biofisik wilayah; d) sistem pertanian yang dilakukan masyarakat; e) dukungan teknologi produksi dan pasca panen serta; f) potensi penguasaan teknologi oleh petani.

Kriteria ekonomi meliputi potensi ekonomi komoditas, karakteristik pasar dari produk, potensi konsumen dan potensi untk penggunaan lain. Potensi ekonomi komoditas dipengaruhi oleh ketersediaan modal investasi, tingginya ROI (Return of Investment) , NPN (Net Present Value), B/e ratio, dan payback period. Ketersediaan tenaga kerja, organisasi petani, tingkat partisipasi petani, perlu mendapat perhatian dalam pengembangan komoditas unggulan. Pengembangan komoditas unggulan hruss pula sesuai dengan sosial dan budaya masyarakat.

Kebijakan dan strategi pemerintah di bidang pertanian, insentif untuk pengembangan, politik perdagangan, proteksi dan subsidi, dukungan investasi (ketersediaan kredit), sangat mempengaruhi pengembangan komoditas unggulan. Selain itu kondisi infrastruktur yang meliputi sarana irigasi, transportasi (jalan, pelabuhan) juga sangat penting perannya dalam pengembangan komoditas unggulan.

Secara ringkas, perwilayahan komoditas dan penentuan komoditas unggulan di kabupaten dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Komoditas buah-buahan disaring berdasarkan kriteria agroekologi, prioritas nasional dan nilai komoditas.
b. Buah terpilih ditetapkan peringkatnya berdasarkan data-data yang bisa diperoleh dengan kriteria produktivitas, perdapatan masyarakat, produksi, perdagangan dan kesempatan kerja.
c. Buah-buahan tersebut juga dirangking berdasarkan "pendapat ahli" (pakar panel).
d. Hasil penetapan peringkat berdasarkan data (nomor 2) dan berdasarkan pendapat ahli (nomor 3) digabungkan, sehingga diperoleh peringkat akhir.
e. Pada setiap satuan lahan ditetapkan komoditas buah yang sesuai berdasarkan kondisi agroklimat yang ada.
f. Untuk menetapkan komoditas yang dapat diunggulkan pada setiap wilayah, data dari kegiatan nomor 5 diseleksi berdasarkan urutan prioritas, ekonomi lahan, kemudahan budidaya, ketahanan tanaman terhadap keterbatasan lahan.
g. Dari seleksi tersebut, setiap wilayah pengembangan disarankan 3 komoditas buah unggulan.
h. Luas wilayah pengembangan ditentukan berdasar penggunaan lahan. Lahan pengembangan merupakan lahan kering yang bukan hutan, perkebunan, perumahanlperkampungan dan kuburan.

2. Penyediaan Benih Varietas Anjuran Komersial (VAK)
Varietas Anjuran Komersial untuk beberapa komoditas unggulan sedang dipersiapkan oleh Ditjen BP Hortikultura dan akan segera lokakaryakan. Setelah VAK disepakati bersama, industri benih akan memperbanyak. Kawasan sentra produksi buah yang barn sebaiknya menggunakan benih VAK ini. Di sentra lama kalau memungkinkan dilakukan penggantian varietas. Penggantian varietas dapat dilakukan dengan cara peremajaan atau dengan top working terhadap tanaman lama.


3. Pembangunan Kebun Buah Percontohan Sebagai Inti Penerapan GAP
Setiap kabupaten diharapkan membangun kebun buah percontohan. Kebun buah percontohan adalah kebun petani yang dikelola dengan baik dan menerapkan prinsip GAP. Pedoman pembuatan Kebun Buah Percontohan telah disiapkan. Kebun buah percontohan ini akan dilombakan. Kebun buah percontohan ini dapat menj adi inti bagi penerapan GAP.

Disamping itu, pada kebun percontohan ini dapat digunakan sebagai uji coba teknologi dan manajemen kebun. Dari hasil uji coba ini dapat disusun standar baku pengelolaan kebun (SPO). Kebun ini akan menjadi contoh bagi kebun buah sehamparan dalam melaksanakan SPO, Kebun percontohan diharapkan dapat dibina secara berkesinambungan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang ada di propinsi dan Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok. Untuk itu diharapkan peran Dinas Pertanian Propinsi dalam mengkoordinasikan pembinaan terhadap kebun-kebun percontohan yang berada di kabupaten dengan BPTP, BPTPH, Balitbu dan Dinas Pertanian kabupaten.

4. Penguatan Kelompoktani Komoditas Hamparan
Kebun buah percontohan diharapkan berada dilokasi sentra produksi buah yang telah mempunyai kelompok tani. Kelompok tani buah yang beranggotakan petani buah dengan komoditas yang sarna dan terletak dalarn satu harnparan seluas sekitar 50 ha. Harnparan-harnparan yang sarna perlu difasilitasi agar bergabung sehingga mencapai luasan komersial dan membentuk sentra produksi buah. Masing-masing harnparan perlu mempunyai seorang manajer (koordinator pemandu) dan diJlantu asisten manajer yang akan bekerja bersarna dengan petani untuk menerapkan GAP berdasarkan SPO yeng telah disusun. Petani dalarn satu sentra produksi akan bergabung membentuk koperasi.

5. Pemilihan, Pengangkatan dan Pelatihan Manajer
Manajer dan asisten manajer adalah sarjana pertanian yang mempunyai kemarnpuan mengelola kebun buah. Mereka bisa dipilih dari bekas Pemandu Lapang IHDUA atau mengangkat sarjana baru yang orientasinya bukan menjadi PNS, tetapi berkomitmen untuk maju bersarna petani binaannya. Pada tahap awal diharapkan dukungan dari Dinas Pertanian Propinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten dalarn menyediakan dana untuk menanggung "honor" manajer tersebut.

6. Pelatihan Petani
Tidak hanya manajer, tetapi semua orang yang terlibat dalam aktivitas ini seperti petugas petani dan pedagang perlu dilatih. Demikian pula dengan petani anggota kelompok perlu dilatih mengenai GAP. Pedoman pelatihan manajer maupun petani akan disiapkan oleh Ditjen BP Hortikultura bekerjasarna dengan Badan Pengembangan SDM. Pihak propinsi dan kabupaten diharapkan dapat mengalokasikan dana bagi kegiatan pelatihan tersebut. Propinsi diharapkan menyiapkan kegiatan pelatihan bagi tihgkat manajer dan kabupaten menyiapkan dana untuk pelatihan petani.


7. Pelaksanaan Produksi Buah Berdasarkan Prinsip GAP
Manajer akan menyusun SPO dalarn melaksanakan GAP. Setiap kebun akan menerapkan SPO dengan tepat dengan bantuan manajer. Manajer akan mengingatkan aktivitas apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan aktivitas tersebut. Manajer juga akan mencatat dan mengajari petani mencatat setiap aktivitas. Dengan melaksanakan SPO secara tepat diharapkan produktivitas dan mutu produksi yang tinggi akan diperoleh. Setiap tahun akan dilakukan audit internal mengenai SPO dan pelaksanaannya serta dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan. Sehubungan dengan hal itu, kegiatan pengembangan kebun percontohan dapat dilakukan dalam kegiatan di tingkat propinsi ataupun di kabupaten. Demikian pula instansi yang terkait seperti BPTP, Balitbu perlu mengalokasikan dana pembinaan/supervisi dalam pelatihan produksi buah mengacu pada GAP di kebun percontohan.

8. Pemasaran Buah Bermutu
Produk buah-buahan yang dihasilkan dengan menerapkan GAP tidak diperdagangkan melalui saluran dagang lama (tengkulak - pedagang pengumpul - pedagang besar – pasar induk - pengecer), karena saluran perdagangan buah seperti ini kurang menghargai mutu. Buah diperdagangkan berdasarkan volume, bukan mutu. Penanganan buah yang kurang baik sering kali menyebabkan penurunan mutu sehingg perlu dibentuk saluran pasar yang khusus menyalurkan buah bermutu. Sebagai ilustrasi, Potensi pasar buah bermutu untuk orang kaya di Indonesia cukup besar. Penduduk Indonesia yang berpenghasilan tinggi mencapai 38 juta jiwa. Mereka tentu sangat sadar akan mutu, dan mereka memerlukan buah dengan mutu tinggi. Dengan asumsi kelompok ini mengkonsumsi buah sebanyak 65,75 kg/kapita/tahun (konsumsi minimal yang dianjurkan oleh FAO), maka mereka memerIukan buah berkualitas tinggi sebanyak 2,50 juta ton. Untuk itu, diperIukan kerjasama dan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil (BP2HP) dalam membina kebun-kebun percontohan ini secara nasional, upaya rintisan pemasaran dari kebun-kebun percontohan ini agar dapat menjadi menjadi prioritas kerja di Ditjen BP2HP dengan jajaranya yang ada di propinsi.

9. Pelaksanaan Sertifikasi
Lembaga Standarisasi dan Sertifikasi Mutu (LSSM) telah dibentuk di Ditjen BP Hortikultura. Lembaga ini akan secara aktif melakukan pembinaan dan bimbingan agar kebun-kebun buah di sentra-sentra produksi tersebut akhimya secara bertahap dapat disertifikasi. Pada saat ini instrumen sertifikasi sedang dipersiapakan dan personalia yang melakukan akreditasi akan dilatih.

10. Promosi
Promosi terhadap pelaksanaan GAP perlu terus dilakukan. Promosi akan membentuk image akan mutu buah tropika nusantara, agar konsumen nantinya lebih memilih buah tropika nusantara bermutu daripada buah impor. Promosi juga dilakukan di luar negeri untuk membangun citra buah Indonesia. Untuk itu, perlu dialokasikan dana promosi setiap tahunnya baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota. Promosi dapat dilakukan melalui keikutsertaan pada pameran/festival baik yang dilakukan di dalam maupun diluar negeri.

11. Pelayanan Informasi Melalui Website
Untuk meningkatkan wawasan perlu memanfaatkan informasi yang tersedia melalui website. Seperti website Deptan, Dirjen BP Hortikultura, Direktorat Tanaman Buah, Balitbu, Lolit Tlekung, dan lain-lain.

12. Sarana/Lembaga/Infrastruktur Penunjang
Pelaksanaan GAP dan penerapan SPO tidak dapat berjalan dengan mulus tanpa dukungan dari kesiapan sarana/lembaga/infrastruktur di daerah. Beberapa UPTD di daerah dapat di push untuk terlibat dalam kegiatan ini, seperti pembentukan "Agroklinik,” bisa dilakukan oleh UPTD, BPTPH, BPTP atau dari perguruan tinggi setempat. Untuk kesiapan pendamping teknologi, dapat dilakukan oleh BPTP atau lembaga penelitian lain yang tersedia di daerah. Penyiapan laboratorium pengendali mutu buah dapat dirintis melalui kerjasama dengan perguruan tinggi setempat atau lembaga penelitian yang terdekat. UPTD, BPSB dan BBI Hortikultura diperkuat untuk siap menyediakan benih unggul bermutu. ediana, wayan (sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura)
Ir. ediana wayan M.Si
Pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah panen, mulai dari membersihkan hasil panen dari kotoran, tanah dan micro organisme yang tidak diinginkan melalui pencucian; sortasi dan perajanan; pengeringan; pengemasan sampai dengan penyimpanan.
Tujuan pasaca panen adalah untuk menghasilkan produk yang tahan simpan, berkualitas dengan mempertahankan kandungan bahan aktif yang memenuhi standar mutu secara konsisten.
Pasca panen dilakukan untuk menghasilkan produk segar dan simplisia. Tahapan pembuatan simplisia meliputi : a) penyiapan bahan baku; b) penyiapan peralatan dan bahan kemasan; c) pemrosesan; d) pengemasan dan pelabelan; serta e) penyimpanan. Untuk jelasanya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Penyiapan bahan baku, bahan baku dalam pembuatan simplisia kencur adalah rimpang kencur segar dengan hasil panen yang besar dan cukup umur (10-12 bulan) masih dalam keadaan segar dan tidak busuk
2. Penyiapan peralatan dan bahan, peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pengemasan : wadah/bak/ember, sikat plastik, keranjang plastik, dan pisau tidak berkarat, alas perajang, alat pengering(tampi, solar dryer/matahari), para-para, bahan rak yang direkomendasikan adalah aluminium stainless steel, timbangan, kemasan baru dan label.
3. Pemrosesan, dalam tahapan kegiatan pemrosesan perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penyortiran awal(basah), penyortiran dilakukan untuk memisahkan rimpang kencur yang bagus dengan rimpang kencur busuk/rusak atau cemaran bahan asing lainnya dan akan diproses dalam bentuk simplisia dan bahan rimpang kencur segar. Prosedur yang harus dilakukan yaitu : 1) pilih rimpang kencur yang besar, tua (umur 10-12 bulan) bagus tidak busuk/rusak; 2) bersihkan rimpang kencur dari tanah dan kotoran lain yang masih menempel, dengan cara dipukul perlahan; 3) potong daun-daun, batang dan akar menggunakan pisau, dan 4) pisahkan bahan rimpang yag akan di proses/ dikemas dalam bentuk simplisia dan bahan rimpang kecur segar.
b. Pencucian, pencucian dilakukan dengan sikat plastik secara hati-hati untuk menghilangkan kotoran dari hasil panen dan mengurangi mikroba yang menempel pada rimpang kencur. Pencucian dilakukan secara bertahap (dalam bak pencucian bertingkat). Tempat pencucian diupayakan menggunakan air mengalir sehingga sisa pencucian langsung terbuang. Pencucian dilakukan dengan langkah yaitu: 1) cuci rimpang kencur dengan cara menyikat perlahan-lahan dan teratur di bawah air mengalir dan dibilas pada air tidak mengalir; 2) tiriskan dalam keranjang plastik; dan 3) timbang bahan rimpang yang terseleksi.
Ir. ediana wayan M.Si
Kencur meriuupaka tanakan yang sangat berguna untuk dinjadikan bahan kosmetik dan kesehatan yang
Ir. ediana wayan M.Si
Selamat Hari Raya Nyepi
Ir. ediana wayan M.Si
Anggrek merupakan tanaman yang dapat memberikan inspirasi yang baik untuk menemukan ide-ide yang baru. Hal ini dikarenakan ....
Ir. ediana wayan M.Si

Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) masih menjadi momok bagi petani jahe dan nilam. Pada tanaman jahe, kerugian akibat OPT mencapai 50% atau lebih kehilangan potensi hasil. OPT utama yang banyak dilaporkan menyerang kedua tanaman tersebut, bahkan dapat menggagalkan panen jahe dan nilam, atau menurunkan mutu produk.

Dalam sambutan Kepala Badan Litbang Pertanian, yang dibacakan oleh Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, pada Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam, di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Bogor pekan lalu menjelaskan bahwa Indonesia adalah pemasok utama minyak nilam ke pasar dunia dengan jumlah 1.200 - 1.400 ton/tahun yang merupakan 90% dari produksi nilam dunia.

Para pelaku usaha agribisnis dan agroindustri berbasis jahe dan nilam dewasa ini adalah tidak stabilnya pasokan bahan baku dan terjadi gejolak harga yang ekstrim, sehingga dapat mengganggu kelancaran produksi industri berbahan baku jahe dan nilam. Sebagai contoh kasus, pada akhir tahun 2007 dan awal 2008 ini, harga minyak nilam berfluktuasi, awalnya naik dari Rp 200 ribu sampai Rp 1.4 juta/kg, dalam hitungan beberapa bulan saja harga turun kembali ke level Rp. 350.000/kg. Hal tersebut cukup merepotkan berbagai pihak dalam rantai pasok perdagangan nilam baik bagi produsen, pedagang maupun konsumen.

Ketidakstabilan pasokan bahan baku kedua komoditas tersebut berpangkal dari rendahnya produktivitas dan ketidakpastian panen yang dialami oleh para petani dalam usahatani jahe dan nilam. Ini akibat belum digunakannya bahan tanaman unggul, teknik budidaya belum optimal atau belum menerapkan Cara Budidaya yang Baik (Gooey Agricultural Practices atau GAP), serta gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Dari berbagai kendala tersebut, serangan OPT menjadi kekhawatiran utama petani jahe dan nilam di berbagai daerah. Pada tanaman jahe, kerugian akibat OPT mencapai 50% atau lebih kehilangan potensi hasil. OPT utama yang banyak dilaporkan menyerang kedua tanaman tersebut, bahkan dapat menggagalkan panen jahe dan nilam, atau menurunkan mutu produk, adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan nematoda.

Jahe dan nilam merupakan komoditas tanaman obat dan atsiri yang banyak dikembangkan oleh petani rakyat karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan diminati oleh pasar, termasuk ekspor. Jahe banyak digunakan oleh industri obat tradisional sebagai bahan baku jamu, juga diekspor dalam bentuk segar dan kering untuk konsumsi langsung sebagai bumbu dan obat herbal. Total volume ekspor jahe ke pasar Asia, Timur Tengah, Amerika, Eropa dan Australia.

Sementara itu menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Dr. M. Syakir, OPT penting pada jahe dan nilam antara lain: Ralstonia solanacearum (penyakit layu bakteri pada jahe dan nilam), Phyllosticta sp. (bercak daun pada jahe), Aspidiella hartii (kutu perisai jahe), Mimegralla coeruleifrons dan Eumerus figurans (lalat rimpang jahe), Meloidogyne spp. dan Pratylenchus sp. (nematoda pada jahe dan nilam), serta Synchytrium sp. (budok pada nilam).